Harga Emas Menguat Jelang Implementasi Tarif Dagang Baru AS

Harga emas
Ilustrasi emas/freepik.com

DINEWS.IDHarga emas global terus menunjukkan penguatan menjelang tenggat implementasi tarif dagang baru Amerika Serikat (AS) pada 9 Juli 2025. Kenaikan harga turut dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan pelemahan nilai tukar dolar, yang mendorong investor beralih ke emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Pada perdagangan Jumat (4/7/2025), harga emas tercatat naik 0,3% menjadi US$ 3.336 per troi ons. Angka ini mencerminkan lonjakan sebesar 1,9% dibandingkan posisi Jumat pekan sebelumnya (27/6/2025).

Mengutip The Economic Times, indeks dolar AS mengalami penurunan 0,2% dalam sepekan, memperpanjang tren pelemahan selama dua minggu berturut-turut. Melemahnya dolar membuat harga emas menjadi lebih kompetitif bagi investor non-AS.

Analis senior ActivTrades Ricardo Evangelista mengatakan kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS meningkat setelah Presiden Donald Trump berhasil meloloskan rancangan undang-undang pemangkasan pajak besar-besaran melalui Kongres. Ia menambahkan, ketidakpastian arah kebijakan tarif yang akan berlaku pada 9 Juli turut memperkuat minat investor terhadap emas.

Sebelumnya, Trump menyatakan pemerintah akan mulai mengirimkan pemberitahuan resmi kepada sejumlah negara sebagai bagian dari strategi dagang baru. Pada 2 April lalu, ia mengusulkan tarif balasan sebesar 10% hingga 50%, namun kemudian disesuaikan menjadi 10% hingga batas waktu 9 Juli guna memberi ruang negosiasi.

Pemerintah AS juga mengesahkan kebijakan pajak permanen yang diberlakukan sejak 2017, termasuk pendanaan untuk kebijakan imigrasi dan berbagai insentif fiskal yang dijanjikan dalam kampanye Pilpres AS 2024.

Di sisi lain, laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan peningkatan jumlah lapangan kerja pada Juni, meski sebagian besar berasal dari sektor pemerintah. Pertumbuhan pekerjaan sektor swasta justru menjadi yang terendah dalam delapan bulan terakhir karena tekanan ekonomi.

Analis komoditas UBS Giovanni Staunovo menilai data ketenagakerjaan tersebut menandakan perlambatan ekonomi AS. Namun, menurutnya belum ada sinyal kuat bagi Federal Reserve (The Fed) untuk segera menurunkan suku bunga.

“Dalam situasi seperti ini, emas tetap menjadi pilihan utama para investor,” ujarnya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *