Kapal Selam Titan yang Hilang Diduga Meledak, 5 Kru Tewas

Kapal Selam Titan
Kapal Selam Titan. Foto : OceanGate

DINEWS.IDKapal selam Titan yang hilang di Samudra Atlantik dengan 5 orang di dalamnya diduga meledak setelah hilang kontak pada Minggu 18 Juni 2023.

Laksamana Muda AS John Mauger mengatakan bahwa sebuah kendaraan bawah air yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV) menemukan puing-puing di haluan Titanic, kapal karam berusia seabad yang menjadi tujuan ekspedisi.

“Puing-puing tersebut konsisten dengan ledakan dahsyat kapal,” kata Mauger, seperti dikutip aljazeera.com, Jumat 23 Juni 2023.

Kapal selam tersebut memicu pencarian besar-besaran yang menjangkau ribuan kilometer melintasi Atlantik Utara, menarik badan-badan AS dan Kanada serta bantuan internasional lainnya.

OceanGate, perusahaan yang memiliki kapal tersebut, telah mengumumkan pada hari Kamis 18 Juni 2023 bahwa lima awak kapal, empat turis dan CEO perusahaan, yang mengemudikan kapal selam tersebut diyakini telah meninggal dunia.

“Kami sekarang percaya bahwa CEO kami Stockton Rush, Shahzada Dawood dan putranya Suleman Dawood, Hamish Harding, dan Paul-Henri Nargeolet, telah hilang,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Sebagi informasi, Dawood merupakan seorang pengusaha Pakistan-Inggris; putranya berusia 19 tahun. Harding adalah miliarder Inggris dan Gargeolet adalah penjelajah Prancis berusia 77 tahun.

“Mereka adalah penjelajah sejati yang memiliki semangat petualangan yang berbeda, dan hasrat yang mendalam untuk menjelajahi dan melindungi lautan dunia. Hati kami bersama lima jiwa ini dan setiap anggota keluarga mereka selama masa yang tragis ini,” kata OceanGate

Mauger mengatakan dalam konferensi pers bahwa ROV pertama kali menemukan kerucut ekor kapal selam sekitar 500 meter (1.600 kaki) dari haluan Titanic dan kemudian menemukan lima bagian utama yang konsisten dengan hilangnya tekanan yang dahsyat” di dalam kapal.

“Setelah penetapan ini, kami segera memberi tahu keluarga,” kata Mauger.

“Saya mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada para keluarga. Saya hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya bagi mereka,” Mauger menambahkan.

Mauger mengatakan bahwa suara-suara di bawah laut yang terdeteksi pada awal pekan ini, yang memberikan secercah harapan ketika para kru berlomba untuk mencari para penumpang yang hilang, tidak terkait dengan kapal tersebut.

Dia mengatakan bahwa ledakan Titan akan menghasilkan “suara pita lebar yang signifikan” yang dapat ditangkap oleh pelampung sonar yang digunakan oleh kru pencari.

The Wall Street Journal dan The Associated Press telah mengutip para pejabat di Angkatan Laut AS yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa peralatan pemantau suara bawah air milik badan tersebut memang mendeteksi “anomali” tak lama setelah Titan menghilang pada hari Minggu. Mereka mengindikasikan bahwa hal itu kemungkinan terkait dengan ledakan.

Pencarian kapal selam yang berlangsung berhari-hari itu menarik perhatian dunia dan menarik kontras antara upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan lima orang di dalamnya dengan apa yang digambarkan oleh para aktivis sebagai ketidakpedulian global terhadap para pengungsi yang baru-baru ini tenggelam di Mediterania.

Ekspedisi OceanGate menelan biaya $250.000 per orang. Perjalanannya dimulai dari St John’s, Newfoundland, di pantai timur Kanada, sebelum menuju ke lokasi reruntuhan kapal Titanic yang berjarak ratusan kilometer ke arah tenggara, demikian situs web perusahaan tersebut.

Dik Barton, seorang penjelajah Titanic veteran, mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Kamis bahwa ekspedisi laut dalam adalah operasi yang berbahaya. “Ini adalah tempat yang berbahaya untuk dikunjungi – berbahaya, tidak ramah, dan tidak bersahabat,” kata Barton. “Dan keadaan di mana kapal ini menghilang sangat aneh.”

Berbicara sebelum perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi kematian tersebut, Barton mengatakan bahwa akan sangat penting untuk menemukan kapal tersebut dan menyelidiki apa yang terjadi.

“Akan ada penyelidikan besar-besaran, dan saya yakin legislasi dan regulasi [akan] menjadi lebih ketat dan lebih teliti,” katanya.

Mauger, dari Penjaga Pantai AS, mengakui bahwa ada banyak pertanyaan yang berputar-putar tentang bagaimana insiden seperti ini bisa terjadi.

“Ini adalah sesuatu yang terjadi di bagian lautan yang terpencil dengan orang-orang dari berbagai negara di seluruh dunia,” katanya.

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly menggambarkan kematian kru kapal selam itu sebagai “tragis”, dan mencatat bahwa tiga orang di dalamnya berasal dari Inggris.

“Pemerintah Inggris sangat mendukung keluarga-keluarga yang terkena dampak dan menyampaikan belasungkawa kami yang terdalam,” tulis Cleverly di Twitter.

Keluarga dari dua orang tersebut, Shahzada Dawood dan putranya Suleman, mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis untuk berterima kasih kepada para pencari atas upaya mereka.

“Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam operasi penyelamatan,” kata pernyataan itu,” tuntasnya. *

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *